Pemilu sudah diambang pintu. Tentu bagi warga Kota Bekasi yang ingin memilih calon wakilnya di parlemen, pertama-tama harus mengetahui siapa-siapa yang masuk daftar Caleg DPR RI kota Bekasi. Perlu dikatahui bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan sebanyak 92 daftar calon tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR RI) daerah pemilihan Kota Bekasi pada pemilihan legislatif (Pileg) 2019 yang akan mmeperebutkan 6 kursi di DPR.
Dari sebanyak 92 Caleg DPR RI kota Bekasi itu, sejumlah 60 diantaranya adalah laki-laki, sedangkan 32 lainnya adalah wanita. Dalam pemilihan legislatif (Pileg) 2019 ini rupanya keterwakilan wanita di partai politik sejauh ini telah memenuhi sebesar 30 persen dalam pencalonan legislatif. DCT anggota legislatif DPR RI Kota Bekasi untuk Pileg 2019 ini bisa dilihat melalui website resmi KPU RI.
Adanya Caleg wanita di DPR RI kota Bekasi tentu tidak hanya kan menjamin keterwakilan aspirasi kaum hawa di parlemen tapi juga harapan seluruh masyarakat kota Bekasi agar bisa hidup makin makmur dan sejahtera.
Adalah Intan Fauzi, salah satu Caleg DPR RI kota Bekasi dari partai PAN dengan nomor urut 2 yang sudah cukup lama konsisten bergerak demi masyarakat di daerah pilihannya. Intan Fauzi, SH, LL.M merupakan sosok cerdas serta memiliki kemampuan intelektual tinggi. Gelar Sarjana Hukum (SH) diraihnya dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dengan kosentrasi Hukum Bisnis (hukum tentang kegiatan ekonomi). Sedangkan gelar master hukum diperolehnya dari Faculty of Law, University of Nottingham, England-UK.
Caleg DPR RI kota Bekasi ini merupakan sosok seorang wanita karir dan seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam berbagai kegiatan usaha dan kemasyarakatan. Berangkat dari kualitas dan integritas itu, saat ini Intan diberi amanah oleh rakyat dengan menempati posisi Komisi V DPR RI atau sering disebut Komisi Infrastruktur.
Belakangan ini, DPR sering kali dianggap sebagai lapangan kerja maupun ladang memperoleh kekayaan. Stigma ini sangat beralasan jika menilik latar belakang beberapa anggota DPR, dari tidak punya apa-apa, kemudian menjadi kaya raya setelah menjadi anggota DPR
Akan tetapi, tidak demikian dengan Intan Fauzi yang kembali mencalonkan diri menjadi Caleg DPR RI kota Bekasi karena merupakan lahan pengabdian untuk melayani rakyat, bukan ajang untuk mencari gaji ataupun menumpuk kekayaan.
“Menjadi wakil rakyat bukan mencari pekerjaan. Itu tidaklah menjadi target saya. Kalau mau mencari pekerjaan ya, di perusahaan atau silahkan berdagang, bertani, atau menjadi nelayan. Bukan mencalonkan diri sebagai anggota wakil rakyat,” jelas istri dari Dr dr Fitriyadi Kusuma Djajasasmita Sp.OG (K) Onk ini.
Dilihat dari kemampuan ekonomi, Caleg DPR RI kota Bekasi ini menjabat juga sebagai Direktur PT Fauzi Panca Manunggal (Office Building Management) yang mengindikasikan sudah mapan. Bukan karena jabatan Direktur yang diembannya saat ini yang membuat ia kuat secara financial, tetapi, pekerjaan yang dijalani selama puluhan tahun membuat kehidupannya berkecukupan.
Lalu, mengapa Intan kemudian memilih menjadi anggota DPR? Bukankah posisinya sekarang sudah jauh dari cukup secara materi?
Rupanya, ibu lima orang putra masih ingin mengabdi kepada masyarakat dengan jalan menjadi wakil rakyat dengan kembali menjadi Caleg DPR RI kota Bekasi tersebut. Selain itu, Intan Fauzi juga ingin menyumbangkan pikiran dan gagasannya untuk kemajuan bangsa. Karena itu, pengalaman pekerjaan serta interaksinya dengan masyarakat dijadikannya modal untuk bekerja bagi rakyat.
Untuk itulah, dengan kembali menjadi Caleg DPR RI kota Bekasi, Intan Fauzi akan menjadikan pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai salah program prioritas. Aktivitasnya di bidang pemberdayaan usaha kecil cukup membantu untuk membangkitkan gairah masyarakat agar berusaha di jalan yang lurus. Ini tidak terlepas dari bidang usaha yang digelutinya saat ini.
Pemberdayaan ekonomi ini penting untuk mensiasati harga sembako yang cenderung tinggi saat ini. Prinsipnya, make it from nothing to something.
“Tentu saya tidak menutup diri karena pada akhirnya berpulang pada kebutuhan masyarakat. Masyarakat itu bicara tentang kesehatan. Bagaimana masyarakat bisa mengakses Jamkesda. Kemudian bicara pendidikan. Bagaimana bisa mengakses pendidikan yang murah,” tutupnya.